Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara Ke-19 (SIPN XIX) bertujuan untuk menyatukan para sarjana dari dalam dan luar negeri dalam mendiskusikan temuan-temuan terbaru mengenai pernaskahan di Indonesia, yang memiliki potensi untuk memperkuat identitas bangsa dan menangkal ancaman-ancaman globalisasi. Dengan kehadiran para ahli dari berbagai bidang, simposium ini akan memberikan wawasan yang komprehensif dalam satu konsep utuh.
Dalam menyikapi fenomena silang budaya, peran humaniora digital, keterkaitan naskah dengan alam dan lingkungan, hingga peran naskah dalam industri kreatif, simposium ini menawarkan sembilan panel diskusi menarik. Melalui subtema-subtema ini, para peneliti akan menjelajahi nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam naskah-naskah Nusantara, mengaplikasikannya dalam pembangunan berkelanjutan, serta memperkuat rasa kebangsaan dan keindonesiaan. Selain itu, simposium ini juga ingin mengajak para peserta untuk menerima modernitas sebagai pengayaan bagi kekayaan budaya klasik Indonesia, tanpa meninggalkan nilai-nilai lokal yang telah menjadi identitas bangsa selama berabad-abad. Hal ini mencerminkan sikap keterbukaan bangsa Indonesia dalam menghadapi perkembangan zaman, sambil tetap mempertahankan akar budayanya. Untuk itu, simposium ini tidak hanya menghadirkan para peneliti manuskrip senior seperti Prof. Dr. Siti Chamamah Soeratno, Prof. Dr. Titik Pudjiastuti, Prof. Dr. Marsono, S.U., Dr. Munawar Holil, M.Hum., dst., tetapi juga perwakilan dari lembaga pemerintahan demi mencapai sinergi yang praktis seperti Prof. Dr. Pratikno, Prof. Dr. Arskal Salim GP, M.Ag., Drs. Muhammad Syarif Bando, serta para keynote speaker lain yang kredibel.
Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara Manassa, UGM, Perpusnas, BRIN, dan PPIM UIN Jakarta |
“Simposium ini membuka kesadaran kita tentang potensi kerja sama untuk mencapai kemajuan dalam kajian filologi di Indonesia dengan pendekatan yang lebih inovatif. Hal ini mengingatkan kita bahwa penting bagi kita semua untuk mengintegrasikan disiplin ilmu kita dengan bidang-bidang lain guna memperkuat keindonesiaan”, kata Dr. Arsanti Wulandari, ketua SIPN XIX.
“Sudah saatnya kita mempertajam kajian manuskrip dengan pendekatan lintas budaya, karena sejarah identitas di Nusantara terbentuk lewat integrasi antaretnis dan budaya, sebagaimana yang tercatat dalam beberapa manuskrip Nusantara bahwa integrasi sosial terjadi lewat perkawinan, perdagangan, politik, dan migrasi. Kami berharap, diskusi melalui simposium ini dapat membantu kita semua untuk menggapai identitas keindonesiaan yang lebih beragam, namun tetap inklusif dan harmonis”, lanjutnya.
Menteri Sekretariat Negara yang juga Ketua Majelis Wali Amanat UGM Pratikno, dalam paparannya menyampaikan wajah Indonesia sangat luas, berpulau-pulau, dengan etnis yang berbeda-beda mewariskan pengetahuan dan budaya yang beragam melalui naskah, cerita rakyat atau folklor, serta tradisi masyarakat. Kehadiran teknologi yang canggih harus dioptimalkan untuk menelaah kajian kekayaan naskah-naskah kuno nusantara. Menurut Pratikno, pesatnya kemajuan teknologi tak bisa dihindari. Termasuk teknologi dokumentasi arsip atau naskah. Jika sebelumnya hanya terbatas pada digitalisasi atau mengautomasi suatu dokumen, hari ini, teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), augmented reality (AR), dan sebagainya, dapat membantu pekerjaan analisis dan kreatif.
Dalam kesempatan ini, Manassa juga memberikan penghargaan Pustaka Paripalana 2023 kepada Prof. Dr. Titik Pudjiastuti, M.Hum., Prof. Dr. Oman Fathurahman, M.Hum., Yayasan Pustaka Obor Indonesia, dan Lembaga École Français d’Extrême Orient (EFEO). Penghargaan diberikan atas usaha, jasa, dan dedikasi yang luar biasa di bidang pernaskahan Nusantara.