Judul: Lebak Lebung [Saduran]
Penulis: Isbedi Stiawan ZS
Penerbit: Perpustakaan Nasional RI
Tahun Terbit: 2019
Tebal Halaman: vi + 46 hlm
Oleh: Tantry Widiyanarti
“Jika kita meminta, kedua tangan mesti di bawah. Apabila kita ingin, parang jangan dijinjing supaya apa yang kita harapkan, berfaedah kemudian hari. Kalau Putri Anom ditakdirkan pilihanku, tak lari gunung dikejar, tak lebar laut direnangi…”
Putri Anom dilamar oleh Tuan Bangsawan dari Malaya. Sang Putri tidak mencintai pemuda dari seberang itu, namun penolakan hanya akan berujung ke pelanggaran adat. Berhari-hari Putri Anom memikirkan syarat yang dapat menunjukkan ketulusan hati Tuan Bangsawan dalam melamarnya, namun hasilnya selalu nihil. Hingga pada satu kesempatan, saat banyak tamu berdatangan bersama dengan perwakilan dari Malaya, Putri Anom mengemukakan keputusannya,
“Baiklah, syaratku adalah buatkan aku laut di tiyuh ini…”
Buku saduran karya Isbedy Stiawan ZS menceritakan “Lebak Lebung” sebagai kisah utama, disertai dengan tujuh cerita lain yang berasal dari Lampung. Berbagai cerita memiliki ciri khas masing-masing, dengan latar belakang dan alur cerita yang kental dengan kebudayaan serta sejarah yang berkembang di Provinsi Lampung. Buku ini diterbitkan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada tahun 2019, dengan jumlah 46 halaman.
Tujuh cerita dalam buku saduran karya Isbedi Stiawan ZS ini—termasuk di dalamnya kisah “Lebak Lebung”—merupakan hasil observasi yang dilakukan oleh Isbadi ke pelosok Provinsi Lampung, terutama di daerah Tulangbawang Barat, Pesawara, dan Kabupaten Lampung Utara. Kisah-kisah dalam buku ini kemudian lahir dari observasi yang dilakukan Isbedi dengan mewawancarai tokoh serta masyarakat setempat, begitu pula melalui tuturan kisah dari orang tua yang sempat didengar Isbedi di masa kecil dan remaja. Hasil obrolan wawancara dan tutur kisah dari berbagai sumber tersebut, kemudian dikembangkan Isbedi ke dalam bentuk cerita modern, untuk kini dinikmati oleh para pembaca, serta untuk melestarikan kisah atau sejarah turun-temurun di tanah Lampung.
Satu cerita yang berjudul “Sunti dan Kisah yang Melayang-layang” memiliki latar belakang pembuatan yang cukup berbeda dengan tujuh cerita lainnya. Alih-alih merupakan hasil dari observasi yang dikemas dalam bentuk cerita modern, cerita ini diwali oleh Isbedi karena terinspirasi oleh dua bangunan di komplek Islamic Center, Tulangbawang Barat, Kabupaten Mesuji, yang kawasannya memang dikenal dengan sebutan “Komplek Dunia Akhirat”. Kini, komplek tersebut telah menjadi salah satu destinasi wisata dan pusat Islami, sehingga memberi andil pada kemajuan Provinsi Lampung, terutama Kabupaten Mesuji, tempat komplek tersebut berada.
Terdapat pula cerita yang ditulis Isbedi berdasarkan tuturan kisah dari orang tuanya saat ia masih kecil. Kisah ini menceritakan tentang seorang perempuan yang hilang di bukit yang terutup oleh kabut tebal di puncaknya. Ada beberapa versi dari kisah ini, salah satunya adalah versi bahwa perempuan tersebut hilang di bukit setelah minggat untuk menemui pria yang dicintainya di atas bukit tersebut, setelah gagal menikah karena perbedaan status sosial. Kisah ini diceritakan lebih lanjut dengan tuturan bahasa yang menarik serta imajinatif dalam buku Isbedi, dengan judul “Sukma Hilang dalam Kabut”.
Lewat buku kumpulan saduran yang diberi judul Lebak Lebung ini, Isbedi bertujuan untuk menuturkan kembali cerita rakyat dan sejarah khas Provinsi Lampung agar cerita-cerita serta goretan sejarah tersebut tidak tersapu oleh zaman, apalagi jika mengingat bahwa kini penutur sudah tidak banyak.
Sebagai seseorang dengan latar belakang sastrawan, Isbedi tidak hanya melakukan “tafsir ulang” secara langsung dari hasil observasi, wawancara, serta tuturan yang didengarnya, melainkan turut menambah bumbu narasi imajinatif ke dalam setiap cerita. Hal ini dilakukan Isbedi agar cerita menjadi lebih mudah dan enak untuk dibaca, serta agar pembaca dapat memahami cerita-cerita rakyat tersebut dengan pengemasan penulisan yang lebih modern serta imajinatif. ***